"aku kerja bukan buat cari uang tujuannya."
Mak jleb. Padahal ngomongnya sambil santai karena obrolan kita yang sebelumnya sesantai itu dan memang random. Tapi kalimat itu tetap terngiang sampai saat ini aku ngetik. Mungkin terhitung dari hari itu sampai sekarang, sekitar 3 bulanan. Maka sempurna sudah kalimat itu seperti kaset rusak yang terus diputar. Siapa orang yang kerja bukan cari uang? Cmon. But she did. She actually meant it. Dari cara keseharian dia dan sepemahamanku semenjak kenal dengan sosoknya, sepertinya dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Aku merasa dia punya nilai yang memang sudah sampai di sana.
Then I reflect on myself.
What is my urgency? My goal? My purpose in this work-life journey?
Apa iya hanya tentang melunasi hutang, melepaskan diri dari jeratan sandwich generation, mengharap kehidupan lebih baik alih-alih punya tabungan masa tua supaya ga ngulang kejadian yang sama untuk penerus keluarga. Apa iya hanya tentang menghabiskan waktu untuk hal-hal yang katanya lebih bermanfaat untuk orang lain. Apa iya hanya tentang kepentingan dapat titel dan pengakuan dunia? Lantas tujuan yang lebih dalam terlupakan. Buat apa aku kerja? Gimana caranya biar kerjaku jadi berkah dan bukanlah cikal bakal musibah. Pukulan telak menuju akhir tahun 2024. Pukulan telak di usia kepala tiga. Pukulan telak tapi sepertinya aku masih diberi kesempatan untuk menahan dan melancarkan strategi baru agar hidup tidak melulu soal uang, soal pengakuan, soal dunia.
Dunia kita kecil dan sungguh sesaat.