Iya, saya merindu saat ini juga. Saya pikir ya sudah rindu saja ternyata tidak sesederhana itu.
Maka saya meminta pada Tuhan dengan detail tambahan. Jika kamu dan saya benar akan menjadi kita, saya memohon disabarkan dalam kerinduan ini. Kamu dan saya semakin dibaikkan keduanya dalam segala hal.
R.
Kamu tahu aku mudah sekali marah dan bereaksi terhadap emosi. Kamu tahu aku mudah sekali membuatmu jengkel dan mengacuhkanmu begitu saja ketika aku sibuk dengan duniaku. Dan kamu pasti paham kita sama-sama manusia keras kepala dan tidak mudah berkelakar banyak bicara jika sudah murka. Tapi bedanya aku masih mau frontal bertanya tentang apa dan mengapa lalu bagaimana kita sudahi ini semua. Menyudahi segala tanda tanya dalam kepalaku selama ini.
Yang selalu bertanya, kamu sedang apa, apa kamu baik-baik saja, apa kamu butuh sesutu, apa kamu tidak kekurangan sesuatu, atau apa kamu bahagia?
Yang selalu merasa sakit ketika kamu justru lebih pilih bungkam dan menjauhi aku, menutup diri, dan berkata semua baik padahal tidak.
Yang minggunya ada saja malam tentangmu terlintas dalam benakku tanpa pernah bisa dapat jawaban darimu atau sekadar hai darimu duluan.
Yang merasa kecewa ketika kamu lebih pilih bertemu dan bermain bersama yg lain keesokan harinya ketika hari sebelumny aku ajak bertemu dan sama sekali tak ada tanggapan darimu.
Yang merasa iri ketika kamu pamer foto tersenyum kamu dengan yang lain sedang kini kita tidak lagi bertemu, tegur sapa, atau senyum bersama.
Yang harus selalu berusaha menyapa meski akhirnya tidak pernah dapat balasan, atau sekarang dapat tapi justru semua selesai karena ego aku juga tinggi (seperti yang kau tahu).
Jadi, kalau diammu kau anggap lebih baik setidaknya aku tahu alasannya seperti sekarang. Aku mungkin bisa lebih terima atas sikapmu. Bahwa semua ternyata kembali karena semua kesalahan yang datangnya dari aku. Aku yang hambar tanggapan atas apa yang kau bicarakan jauh sebelumnya.
Tapi, sayang itu ga bisa dirubah.
Maaf ya.. hambarnya ria masih bisa dimaafkan kan?
Semoga suatu saat nanti kita bisa ketemu lagi di tempat yang lebih indah :) Aku kabulkan permintaanmu, aku tidak akan terlalu memikirkan semuanya yang terjadi antara kita.
Yang selalu bertanya, kamu sedang apa, apa kamu baik-baik saja, apa kamu butuh sesutu, apa kamu tidak kekurangan sesuatu, atau apa kamu bahagia?
Yang selalu merasa sakit ketika kamu justru lebih pilih bungkam dan menjauhi aku, menutup diri, dan berkata semua baik padahal tidak.
Yang minggunya ada saja malam tentangmu terlintas dalam benakku tanpa pernah bisa dapat jawaban darimu atau sekadar hai darimu duluan.
Yang merasa kecewa ketika kamu lebih pilih bertemu dan bermain bersama yg lain keesokan harinya ketika hari sebelumny aku ajak bertemu dan sama sekali tak ada tanggapan darimu.
Yang merasa iri ketika kamu pamer foto tersenyum kamu dengan yang lain sedang kini kita tidak lagi bertemu, tegur sapa, atau senyum bersama.
Yang harus selalu berusaha menyapa meski akhirnya tidak pernah dapat balasan, atau sekarang dapat tapi justru semua selesai karena ego aku juga tinggi (seperti yang kau tahu).
Jadi, kalau diammu kau anggap lebih baik setidaknya aku tahu alasannya seperti sekarang. Aku mungkin bisa lebih terima atas sikapmu. Bahwa semua ternyata kembali karena semua kesalahan yang datangnya dari aku. Aku yang hambar tanggapan atas apa yang kau bicarakan jauh sebelumnya.
Tapi, sayang itu ga bisa dirubah.
Maaf ya.. hambarnya ria masih bisa dimaafkan kan?
Semoga suatu saat nanti kita bisa ketemu lagi di tempat yang lebih indah :) Aku kabulkan permintaanmu, aku tidak akan terlalu memikirkan semuanya yang terjadi antara kita.