mengapa begitu sulit menerima saran tentang pengendalian untuk tidak terlalu sering pergi-pergi dari kantor untuk cuti liburan sedangkan kenyataannya hampir seluruh hidup harian rasanya sudah dihabiskan untuk urusan kantor?
apalagi datangnya dari bapak sendiri. yang dimana beliau ga pernah tahu apa yang sebenarnya anaknya ini lakukan kalau udah ada kerjaan yang menuntut jam kerja di atas normal. jadi, haruskah masih ga boleh cuti? haruskah membiarkan cuti hangus begitu saja sampai masanya habis. lalu saya tetap tambah 'tua' tanpa kemana-mana dan apa-apa.
----------------
Lalu pada akhirnya setelah semua itu dipikir lagi, dirasa lagi, orang tua tetaplah orang tua. Yang selalu inginkan yang terbaik untuk anak, menyarankan apa yang mereka anggap baik untuk anak. Apapun, meski kadang penerimaan kita yang tidak pas dan cara mereka yang kita nilai salah. Menerima apa yang tidak kita suka memang tidak mudah, tapi setidaknya bisa saya coba. Tujuannya adalah tetap untuk memuliakan orang tua di hati saya. Semoga saya dijauhkan dari perasaan marah dan tidak karuan untuk hal-hal kebaikan. Karena memang benar, biasanya yang benar menurut kita belum tentu baik, dan sebaliknya. Apa yang tidak kita suka ternyata justru itulah kebaikan yg nyata.
Mari berbenah hati, lapangkan dada.
R