Saya pernah baca suatu artikel di salah satu majalah, tapi saya lupa judulnya apa. Tentang seorang editor National Geographic yang setiap harinya harus menyeleksi ribuan gambar dari para fotografer, dan menjadikannya foto pilihan yang sesuai dengan artikel atau informasi yg ingin disampaikan. Foto tersebut harus melalui banyak sekali pertimbangan, terutama sampai mana ia mampu menggambarkan apa yang sebenarnya informasi harus sampai kepada para pembaca.
Kadang, saya yang sangat minim keahlian di bidang fotografi melihat foto yang dipilih dan akhirnya dipampang sebagai foto penunjang di sebuah artikel adalah foto yang biasa saja. Tidak indah, penuh teknik pencahayaan tingkat tinggi, pengaturan point of view yg khusus, atau lainnya. Tapi saya sadari satu hal, kekuatan foto itu justru timbul ketika saya membaca apa yang kemudian disampaikan dalam artikel atau judulnya. Foto itu seperti bicara panjang lebar pada saya. Mengantarkan saya langsung ke tempat kejadian di mana peristiwa itu berlangsung. Mungkin foto tersebut justru dengan lengkap menyajikan apa yang perlu disampaikan, ketepatan peristiwa yang terjadi, dan karakter serta jiwa yang semestinya ada di dalam suatu gambar.
Pada akhirnya, belakangan saya tidak terlalu ambil pusing dengan hasil yang saya punya di kamera saya selama saya melakukan perjalanan. Meski tidak saya pungkiri saya tetaplah penikmat keindahan dalam "sebuah momen yang terperangkap dalam satu kali jepret". Kamera saya bahkan bisa dipakai oleh orang lain untuk memoto apapun yang mereka mau. Saya tidak lagi menghapus banyak foto yang tidak fokkus atau terpotong. Meski beberapa tetap saya hapus jika terlalu tidak karuan hasilnya dan jika sudah terlalu banyak memenuhi storage.
Tapi saya belajar satu hal dari ini, bukan dilihat bagus saja itu cukup. Yang belum sempurna, justru barangkali menyimpan banyak cerita dan jalan baru untuk membuatnya lebih baik dari sudut pandang yang berbeda.
*yang masih bingung untuk seleksi foto yang mau diposting dan diceritakan
:)
Kadang, saya yang sangat minim keahlian di bidang fotografi melihat foto yang dipilih dan akhirnya dipampang sebagai foto penunjang di sebuah artikel adalah foto yang biasa saja. Tidak indah, penuh teknik pencahayaan tingkat tinggi, pengaturan point of view yg khusus, atau lainnya. Tapi saya sadari satu hal, kekuatan foto itu justru timbul ketika saya membaca apa yang kemudian disampaikan dalam artikel atau judulnya. Foto itu seperti bicara panjang lebar pada saya. Mengantarkan saya langsung ke tempat kejadian di mana peristiwa itu berlangsung. Mungkin foto tersebut justru dengan lengkap menyajikan apa yang perlu disampaikan, ketepatan peristiwa yang terjadi, dan karakter serta jiwa yang semestinya ada di dalam suatu gambar.
Pada akhirnya, belakangan saya tidak terlalu ambil pusing dengan hasil yang saya punya di kamera saya selama saya melakukan perjalanan. Meski tidak saya pungkiri saya tetaplah penikmat keindahan dalam "sebuah momen yang terperangkap dalam satu kali jepret". Kamera saya bahkan bisa dipakai oleh orang lain untuk memoto apapun yang mereka mau. Saya tidak lagi menghapus banyak foto yang tidak fokkus atau terpotong. Meski beberapa tetap saya hapus jika terlalu tidak karuan hasilnya dan jika sudah terlalu banyak memenuhi storage.
Tapi saya belajar satu hal dari ini, bukan dilihat bagus saja itu cukup. Yang belum sempurna, justru barangkali menyimpan banyak cerita dan jalan baru untuk membuatnya lebih baik dari sudut pandang yang berbeda.
*yang masih bingung untuk seleksi foto yang mau diposting dan diceritakan
:)
0 komentar