Mau makasih dulu buat PTI yang sudah mengajak aku pergi dari Jakarta menuju Jogja :)
Perhaps I never loved enough,If only I'd loved much more;I would not nearly had so much,left waiting, for you in store.If I had given away my heart----
to those who came before;
it would be safer left in parts----
but now you have it all.
Page 79 in her book, just opened accidentally. Trying to find out what the real meaning of that poem. I have no idea, bu he did. Then I knew. I could read what he couldn't read.
21/10
Kamu adalah rahasia dulu
antara aku dan cerita masa lalu
Meski tiap kali kita bertemu, selalu ada bunyi yang bertalu
di sini. Di dalam kalbuku.
antara aku dan cerita masa lalu
Meski tiap kali kita bertemu, selalu ada bunyi yang bertalu
di sini. Di dalam kalbuku.
Bukankah setiap kali hujan selalu ada harapan bersamanya
Menerbitkan asa pada kering yang panjang di tanah kita
Menumbuhkan tunas baru pada tiap batang yang meranggas dan papa
Bukankah setiap kali hujan ada aku di sana
Menerjemahkan bulir jadi doa
Menyelipkan nama dan menerbangkan ke angkasa
Bukankah setiap kali hujan juga selalu ada cerita
Aku kamu atau kita bersama mereka
Cengkrama dengan teh panas dan roti aneka rasa
Aku kira hujan punya cara sendiri menguarkan cinta
Menerbitkan asa pada kering yang panjang di tanah kita
Menumbuhkan tunas baru pada tiap batang yang meranggas dan papa
Bukankah setiap kali hujan ada aku di sana
Menerjemahkan bulir jadi doa
Menyelipkan nama dan menerbangkan ke angkasa
Bukankah setiap kali hujan juga selalu ada cerita
Aku kamu atau kita bersama mereka
Cengkrama dengan teh panas dan roti aneka rasa
Aku kira hujan punya cara sendiri menguarkan cinta
Parade Paduan Suara
#ODEBentara3
Di Bentara Budaya Jakarta
24-25 Agustus 2017
Kalau jalan sama Mba Lina, lebih
baik random dan dadakan. Yang demikian yang justru terlaksana. Tidak pakai
rencana panjang, tidak bertele-tele. Dulu ke Negeri Matahari Terbit adalah
kerandoman paling jauh. Kali ini randomnya masih dalam area terjangkau baik
dari segi biaya dan waktu. Ajakan di sebuah grup obrolan untuk hadir ke sebuah
acara pagelaran seni. Hanya butuh sebentar waktu untuk memperhatikan nama
acara, waktu dan tempat yang tertera pada poster digital yang ia kirim, sayapun
mengiyakan untuk hadir di acara tersebut bersamanya.
Ialah Parade Paduan Suara Ode
Bulan Agustus #3. Sebuah acara tahunan yang sudah masuk tahun ketiganya digelar
di Indonesia. Setelah sebelumnya ada di Bali, Jogja, dan Solo yang menjadi
tempat penyelenggaraan, tahun ini saya
bisa lihat di Jakarta untuk menghadiri pertujukkan yang bertemakan nasionalis
ini.
Semangat kebangsaan dan kecintaan
pada tanah air, perlu terus digaungkan terutama di kalangan generasi muda
sebagai penerus bangsa. Salah satu bentuk mengobarkan semangat cinta tanah air
adalah dengan mengidungkan lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu daerah yang
merupakan karya anak bangsa di pentas Ode bulan Agustus.
Melanjutkan tradisi yang sudah
dimulai di tahun 2015 lalu, Ode Bulan Agustus #3 kembali hadir dengan
menampilkan lebih banyak kelompok Paduan Suara Mahasiswa.
Bentara Budaya Jakarta selama 2
hari tersebut menampilkan sejumlah kelompok Paduan Suara Mahasiswa, antara lain
Paragita Universitas Indonesia, Chamber Singers Universitas Pelita Harapan,
Ultima Sonora Universitas Multimedia Nusantara, Agria Swara Institut Pertanian
Bogor, Trilogi Choir Universitas Trilogi,
PSM UIN Syarif Hidayatullah, Gita Tirtayasa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
The Voice of Universitas Bunda Mulia, Gita Advayatva UPN Veteran Jakarta,
Bentara Muda Choir, Trischmavoca Universitas Trisakti.
Pada hari kedua, seluruh kelompok Paduan Suara Mahasiswa inilah yang berkolaborasi dengan alunan musik dari Didiet Violin Group (DVG), Lea Simanjuntak, Jubing Kristianto, Jamaica Café, dan kawan-kawan.
Pada hari kedua, seluruh kelompok Paduan Suara Mahasiswa inilah yang berkolaborasi dengan alunan musik dari Didiet Violin Group (DVG), Lea Simanjuntak, Jubing Kristianto, Jamaica Café, dan kawan-kawan.
Nah, berhubung saya baru diajak
tanggal 25 nya saja, jadi saya tidak lihat secara detail performa tiap paduan
suara yang ikut serta dalam acara ini. Tapi saya sangat senang, karena di hari
ke dua ini saya bisa menyaksikan penampilan bagus dari musisi-musisi hebat
tanah air. Selain itu, paduan suara yang sehari sebelumnya sudah tampil secara
solo, pada hari kedua ini berkolaborasi dengan pada musisi untuk menampilkan
medley lagu-lagu perjuangan Indonesia.
What a wonderful experience!
Sejak tahu nama Lea Simanjutak
dan Jubing Kristianto di ranah musik Indonesia, saya tidak pernah tidak kagum
pada karya mereka. Buat saya, Lea selalu berhasil menampilkan performa terbaik
di setiap aksi panggungnya. Suara terjaga dan ekspresi yang tepat pada saat
membawakan setiap nada. Sedangkan Jubing, wuih jangan ditanya! Dabest! Jari-jarinya
keriting bukan main. And I love everytime he plays his guitar. Terpujilah Allah
yang menganugerahakan mereka sebuah talenta terbaik dalam hidup dan membuat
hati mereka tetap baik pada sesama.
Alih-alih bicara tentang talenta
bermain musik macam Om Jubing, di sekolah dulu saya punya kakak kelas namanya
Bram. Dia juga piawai dalam bermain gitar. Jenis musik apapun dia pasti bisa.
Bram selalu menjadi andalan dalam setiap waktu saat kelompok paduan suara
sekolah kami akan mengisi sebuah acara baik dalam ranah internal ataupun
eksternal, sampai ke Kementrian Perindustrian lho. Dengan gitarnya dia bisa
membagi suara kami menjadi beberapa suara. Lalu harmoni nada akan tercipta
karenanya. Dia Bram, kakak kelas yang cool! Kerap kali kalau lihat hasil dia
bermain musik, saya punya harapan barangkali di masa depan nanti Bram bisa jadi
seperti Om Jubing. Hehe J
Ah, sudah lama tidak lagi
mengaktifkan suara saya dalam sebuah paduan suara. Saya rasa suara saya
sekarang sudah tidak lagi bisa menyentuh nada terlalu rendah atau terlalu
tinggi. Tapi jujur saja, setiap kali saya menyaksikan secara langsung sebuah
paduan suara di mana pun itu, ada perasaan menggetarkan yang menyelusup ke
dalam hati saya. Semacam rasa rindu. Pada paduan itu sendiri, atau pada
teman-teman di dalamnya. Teman-teman GSA saya.
Dan lagu-lagu kebangsaan tetap
memiliki tempat istimewa di hati saya sebagai warga negara Indonesia. Lagu-lagu
Indonesia yang aneka ragam bahasa dan nadanya. Lagu-lagu yang beragam jenis
musiknya. Lagu-lagu yang memiliki banyak makna di dalamnya.
Salam Indonesia!
Untukmu Negeri Kita Garuda.
Semalam, aku bermimpi aneh sekali. Sebelumnya aku pun merasa pernah mengalami hal serupa seperti ini. Bangun tidur dalam keadaan sangat lelah seperti aku memang melakukannya dan bukan hanya bunga tidur semata. Kali ini aku bangun dengan sulit karena memaksakan diri untuk segera mengakhiri pengejaran terhadapku. Aku merasa dengan sangat sadar, bahwa jika aku bisa bangun maka aku tidak lagi dikejar oleh orang yang mengejarku dalam alam mimpi.Akhirnya akupun bangun, dengan susah payah aku mengembalikan ragaku pada keadaan terisi jiwa. Tidak ada yang tahu kan? Siapa tahu saja aku memang bisa keluar dari tubuh setiap malam lalu berkelana entah kemana. Seperti sebelum-sebelumnya, dulu ketika aku masih remaja, ketika mimpi seperti ini pernah datang menghampiri. Atau jangan-jangan apa kata mereka itu benar. Aku sakit jiwa. Dan kembali sakit jiwa.
-------------------
Apa mau dikata, mereka harus dikeluarkan sebelum menjadikan aku bulan-bulanan diriku sendiri. Satu dua kali mungkin bisa diterima, tapi berkali-kali adalah hal yang kurang tepat jika dikatakan hanya kebetulan saja. Kebetulan karena aku begitu lelah. Kelelahan karena aku terlalu banyak pikiran. Kebetulan karena aku selesai membaca buku cerita fantasi. Atau kebetulan lain karena aku pasca menonton adegan persilatan di antah berantah.
Jika sudah demikian, aku hanya merasa aku begitu kosong dan tidak tenang sepagian. Merasa serba salah dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Merasa ada saja yang tidak pas pada tempatnya meski meja sudah rapi dengan posisi yang sesuai dengan kebutuhan. Merasa bahwa mungkin hanya kurang tidur saja dan semua akan (kembali) baik-baik saja seperti sebelum semua ini kejadian.
Lalu kamu mulai melankolis menyampaikan apa yang dirimu rasakan dan bayangkan nanti. Kelak ketika semua perkaramu selesai sudah di Kota Hujan. Dan aku merasa semakin kosong. Ada yang menyundul-nyundul di sudut mata. Bagaimana kalau semua ini berkaitan satu dan lainnya. Entah itu apa.
Sealbum Norah Jones
Sebotol besar air putih--sudah kosong
Setumpuk berkas berantakan
Setumpuk baju siap setrika
Sekumpulan kotak makan kosong di meja
Segitunya aku inget kamu tapi kamu gak ada
Pendingin ruangan
Langit kelam
Minggu dini hari yang beda
Tidak ada mimpi
Tidak ada yang perlu aku cari-cari
4:18 am
and I'm still awake
since yesterday
Sebotol besar air putih--sudah kosong
Setumpuk berkas berantakan
Setumpuk baju siap setrika
Sekumpulan kotak makan kosong di meja
Segitunya aku inget kamu tapi kamu gak ada
Pendingin ruangan
Langit kelam
Minggu dini hari yang beda
Tidak ada mimpi
Tidak ada yang perlu aku cari-cari
4:18 am
and I'm still awake
since yesterday
Cara malam membebaskanku dalam berpikir adalah dengan membuatku sungguh tak berdaya di siang harinya. Apa yang aku lakukan di siang hari tidak lebih dari sekedar mengisi perut, menunaikan tugas, lalu kembali pada mimpi. Kemudian sempurna terjaga dan terbebas dari mimpi berulang pada malamnya. Menjelang pagi dan mata tetap saja bergerak sempurna tanpa kantuk menggantung. Tidak perlu kafeina sebagai teman bertegur sapa. Aku cukup mandiri kali ini. Malam sudah memanggilku, dia sendiri yang datang sejak siang.
Banyak hal tersirat kemudian menjadi semacam sabit tanda tanya yang menggantung pada malam kepala. Di luar sana bulan juga hampir sabit. Kembali pada siklusnya. Apa apa yang kemudian menjadi bunga-bungan hiasan pemikiran malam ini alih-alih menyelesaikan segala macam kewajiban yang selalu tertunda adalah tentang hubungan kita.
Kalau saja semudah membalikkan telapak tangan dalam setian penyelesaian masalah, barangkali akal manusia tidak bisa terasah sedemikian rupa untuk level permasalahan yang lebih besar lagi nantinya. Hubungan ini tidaklah sehat kurasa. Aku tergantung padamu, begitupun sebaliknya. Kita tidak bisa melepas satu sama lain secara serampangan.
Cara malam membebaskanku adalah dengan membuatku tetap terjaga. Memberikan kesempatan untuk setiap celah terisi dengan jawaban-jawaban sakti pada setiap kali aku bertanya. Tentang seberapa produktif kah aku jika selalu saja meladenimu bicara dari Sabang sampai Merauke. Tentang seberapa efektif kah waktuku untuk menyelemi kalam Illah pada kitab. Tentang seberapa tuluskah aku pada Illah jika aku selalu saja mendikte inginku tentangmu pada-Nya. Tentang pantaskah kita melakukan cara ini untuk memuaskan keinginan kita. Tentang apa yang sudah kulakukan untuk kemajuan sebuah rumah yang sudah menaungiku tahunan lamanya. Dan juga tentang hidupku bersama mereka, sudah seberapa baikkah, sudah cukup baikkah, cukupkah, bekal aku kelak ketika pulang pada rumah yang lebih nyata.
Malam membebaskanku menerabas setiap kemungkinan pemikiran tanpa tabir.
Banyak hal tersirat kemudian menjadi semacam sabit tanda tanya yang menggantung pada malam kepala. Di luar sana bulan juga hampir sabit. Kembali pada siklusnya. Apa apa yang kemudian menjadi bunga-bungan hiasan pemikiran malam ini alih-alih menyelesaikan segala macam kewajiban yang selalu tertunda adalah tentang hubungan kita.
Kalau saja semudah membalikkan telapak tangan dalam setian penyelesaian masalah, barangkali akal manusia tidak bisa terasah sedemikian rupa untuk level permasalahan yang lebih besar lagi nantinya. Hubungan ini tidaklah sehat kurasa. Aku tergantung padamu, begitupun sebaliknya. Kita tidak bisa melepas satu sama lain secara serampangan.
Cara malam membebaskanku adalah dengan membuatku tetap terjaga. Memberikan kesempatan untuk setiap celah terisi dengan jawaban-jawaban sakti pada setiap kali aku bertanya. Tentang seberapa produktif kah aku jika selalu saja meladenimu bicara dari Sabang sampai Merauke. Tentang seberapa efektif kah waktuku untuk menyelemi kalam Illah pada kitab. Tentang seberapa tuluskah aku pada Illah jika aku selalu saja mendikte inginku tentangmu pada-Nya. Tentang pantaskah kita melakukan cara ini untuk memuaskan keinginan kita. Tentang apa yang sudah kulakukan untuk kemajuan sebuah rumah yang sudah menaungiku tahunan lamanya. Dan juga tentang hidupku bersama mereka, sudah seberapa baikkah, sudah cukup baikkah, cukupkah, bekal aku kelak ketika pulang pada rumah yang lebih nyata.
Malam membebaskanku menerabas setiap kemungkinan pemikiran tanpa tabir.
Belakangan seringkali kumanfaatkan fitur "Pada Hari Ini" di akun sosial mediaku, melihat kejadian apa yang pernah aku bagi pada dunia maya di tanggal setiap harinya. Tidak jarang kutemukan kamu selalu ada di setiap cerita. Entah itu hanya emoji saja atau berkomentar rupa-rupa. Komentar yang searah dengan tema perbincangan atau jauh melantur ke sana ke mari tak tahu arah.
Ternyata sedekat itu kita di masa lalu, dulu. Belum lagi di kenangan dunia nyata di masa dulu. Kamu juga ada. Sekedar bertanya, "fase bulan sudah sampai mana ya malam ini?" atau "Coba lihat, purnama di luar sana!". Percakapan yang untukku terlihat sederhana sekaligus mematikan indera perasa pada jiwa dalam satu masa.
Meniadakan masa lalu dan kita di masa dulu masih tidak mudah ternyata. Tapi sekarang aku punya dia yang siap membuat cerita baru untuk dunia. Dunia aku dan kita. Bukan bersamamu tapi bersamanya.
Maka kamu, cukup seperti bintang saja. Tetap di sana dan selalulah ada, tapi tak perlu aku capai untuk menggapai. Tetap di sana dan bersenandunglah, kunikmati suara tapi tak perlu aku miliki.
Semudah dan sesulit itu mencintaimu dalam diam yang panjang dan berakhir dalam malam yang kelam.Terlalu panjang.
Selamat datang di liputan Jelajah Museum edisi #Jakarta!
Jalannya sebetulnya sudah beberapa bulan lalu, tapi baru rilis sekarang akhirnya. Thanks buat Galih yang berkatnya kita jadi juga jelajah museum. Jadi fotografer ala-ala bareng Agist demi tangung jawab ke orang yang udah endorse. Kesempatan kali ini ga apa-apa dua tempat dulu saja. Nanti next-nya akan ada lagi museum yang kita datangi ya. Ok. Foto di atas pembuka yaaaa. Pertanda bahwa hari itu memang sungguh cerah. Berlebihan bahkan.
Museum Taman Prasasti
Awalnya belum tahu sama sekali apa dan gimana museum ini. Ternyata pas sampai di dalamnya isinya makam! Well.. ternyata memang begitu adanya. Museum yang terletak di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat ini adalah cagar budaya peninggalan masa koloial Belanda. Fungsi awalnya sebagai pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh.
Pantas saja ya kalau isinya koleksi nisan-nisan dari masa dahulu kala. Tapi, berdasarkan sumber yang dibaca, luasnya museum ini kian menyusut karena perkembangan kota Jakarta. Sekarang luasnya hanya 1.3 ha saja lho!
Nah, dari semua isi di museum ini yang paling saya tahu ya cuma nisan dengan nama Soe Hok Gie. Itu lho aktivis muda di era-nya Pak Karno dan Pak Harto yang meninggalnya di Gunung Semeru.
Secara kenyamanan, kita bisa lihat-lihat prasasti dengan tenang sih karena memang cenderung sepi. Mungkin karena bentuknya pemakaman juga kali ya, jadi agak jarang dikunjungi. Waktu itu saya lihat-lihat sendiri tanpa Guide. Tapi, kalau mau ada petugas yang menemani untuk ditanya-tanya bisa kok. Biaya masuknya hanya Rp 5.000 saja.
Untuk hunting foto ala-ala, tempat ini juga cukup bagus. Explore angle dan beberapa prasasti sebagai foreground akan menghasilkan gambar yang bagus.
Nih, foto selfie kita abis muter-muter keringetan. |
Lanjut ke museum yang ke dua. Karena jaraknya tidak terlalu jauh. Kita jalan kaki sampai ke Museum Nasional sekalian menikmati Jakarta yang lengang! Daerah sini memang banyak pohon rindang dan jalan trotoarnya membuat nyaman pedestrian. Tembus-tembus di samping Museum Nasional Indonesia.
Akhirnya ke sini lagi! Terakhir waktu SD. Sungguh jeda waktu yang lama ya. Museum yang dikenal dengan nama lain Museum Gajah ini terletak di Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110. Seberangnya MONAS. Akses ke sini dengan transportasi umum juga mudah, pakai Trans Jakarta saja. Ada haltenya persis di depan Museum.
Seiring perkembangan jaman pengelolaan museum semakin canggih terutama khusus untuk museum ini. Kita juga bisa kunjungan virtual ternyata dari website-nya. Hehe sungguh norak saya baru tahu belakangan ini setelah ke sana.
Biaya masuk untuk dewasa Rp 5.000. Sepertinya angka itu jadi seragam deh untuk kawasan seperti museum gitu. Ah iya, foto hits ala anak Instagram juga jadi mandatori setiap kali kunjungan ke sana.
tetiba hujan deras setelah terik! |
Setelah senang sekaligus kelelahan dan kelaparan, saya, Agist dan Galih pulang ke rumah masing-masing. Bersiap lagi untuk hari esok yang isinya kerja dan kerja.
Pelajaran dari pasca kehilangan berturut-turut menimpa saya adalah justru dikuatkan oleh teman yang sungguh baik hati. Memberikan pandangannya dan menjadi catatan untuk saya. Kata-kata yang bikin saya ingat papa.
"kita boleh seneng-seneng, tapi tetep harus ingat diri setelahnya."Persis seperti apa yang dulu papa bilang. Wejangan lama yang belum ada pembaharuannya lagi sampai ini. Kita jadi jarang bicara. Menghindar satu sama lain dalam jeda.
ps:
Thanks, Nu!
yang cepat berlalu adalah biru lalu ungu
kemudian malam pekat
yang cepat berlalu adalah senyummu
kemudian hilang ditelan senyap
yang cepat berlalu adalah kita yang berharap jadi satu
kemudian berjalan terpisah dalam lorong gelap
yang cepat berlalu adalah keputusan yg ambigu
sedang kamu dan aku tidak benar-benar mengerti
hanya bisa terkesiap
lalu semua selesai dalam sesaat
seperti langit ungu
Tidak melulu semua harus tentang kita saja. Kita-diri kita sendiri. Ada banyak hal yang jauh di luar kita. Seseorang yang di sebelah kita, di ujung ruang sana, atau sebuah keluarga. Karena hidup yang juga berubah dari hari ke hari, maka tidak akan ada yang pernah sama lagi. Sesederhana perubahan dari tadi kamu bangun pagi sampai sore ini. Kamu mungkin berharap akan selalu mendapat hidup yang tenang, dijauhi dari segala kesialan, kesehatan yang selalu menyertai, dan berbagai kemudahan hidup lainnya, yang sungguh idealis kalau kamu ukur lagi sendiri.
Tidak melulu semua harus tentang kita saja. Sebuah individu dalam komunitas tertentu. Ada hal yang kecil besarnya bahkan akan membuatmu membuang jauh apa yang menjadi mimpi -di siang hari-semata yang selama ini kamu rasa sudah kamu kejar sampai bermil-mil jauhnya. Padahal kamu hanya jalan di tempat.
Tinggallah sejenak lagi.
Tidak melulu semua harus tentang kita saja. Kalau kamu rasa kamu terlalu lelah dengan segala keluh kesahmu sendiri, ingatlah apa-apa yang mampu membuatmu bertahan dari darah-darah di tengah jalan, mayat-mayat di pinggiran, atau badan-badan tanpa kepala di sekitarmu. Semua hal yang bukan tentang kita saja. Kita-diri kita sendiri.
Ingatlah mereka. Hal-hal yang harus dan mampu membuatmu bertahan. Tinggal.
Sampai akhirnya kamu tak perlu risau akan tinggal di mana selamanya. Selanjutnya.
Tidak melulu semua harus tentang kita saja. Kalau kamu rasa kamu terlalu lelah dengan segala keluh kesahmu sendiri, ingatlah apa-apa yang mampu membuatmu bertahan dari darah-darah di tengah jalan, mayat-mayat di pinggiran, atau badan-badan tanpa kepala di sekitarmu. Semua hal yang bukan tentang kita saja. Kita-diri kita sendiri.
Ingatlah mereka. Hal-hal yang harus dan mampu membuatmu bertahan. Tinggal.
Sampai akhirnya kamu tak perlu risau akan tinggal di mana selamanya. Selanjutnya.
so happy-so cliche
happy for you-and I
happy for you-and I
Kalau malam datang, sedang ada keinginan menulis panjang, yang kuingin lakukan seketika adalah kembali menemui di sini. Ke tempat di mana kita bisa bercengkrama panjang lebar, antara kau dan aku saja. Mereka bisa baca dan lihat juga seberapa bahagia kalau kita jumpa. Ditemani hujan, aku merasa lebih bernyawa.
Selamat pagi, Jakarta!
Ketika kamu dibersamai hujan mulai dari kami buka mata sampai kami menutupnya kembali, kamu seperti terasa lebih menenangkan. Mengingatkan kami para pekerja dari luar kota, bahwa ini rumah kami sendiri. Bogor. Sebuah kota yang katanya dapat julukan Kota Hujan.
Sepanjang hari di bulan Januari, langit kelabu akan menjadi pemandangan paling biasa untuk kami. Menenengadah, berharap ada cahaya matahari seperti biasa, langit biru, dan gumpalan awan aneka bentuk menghiasi akan semakin sulit ketika kamu dibersamai hujan sepanjang bulan ini.
Bogor tidak kalah sendu sekaligus syahdu denganmu. Kami terbiasa dengan itu.
Hal-hal luar biasa tapi justru biasanya terjadi saat hujan. Entah itu pagi, siang nanti, atau malam hari. Kita lihat saja, hujan sepanjang hari akan bawa kabar apa lagi bagi kami ini?
:)
R.
Ketika kamu dibersamai hujan mulai dari kami buka mata sampai kami menutupnya kembali, kamu seperti terasa lebih menenangkan. Mengingatkan kami para pekerja dari luar kota, bahwa ini rumah kami sendiri. Bogor. Sebuah kota yang katanya dapat julukan Kota Hujan.
Sepanjang hari di bulan Januari, langit kelabu akan menjadi pemandangan paling biasa untuk kami. Menenengadah, berharap ada cahaya matahari seperti biasa, langit biru, dan gumpalan awan aneka bentuk menghiasi akan semakin sulit ketika kamu dibersamai hujan sepanjang bulan ini.
Bogor tidak kalah sendu sekaligus syahdu denganmu. Kami terbiasa dengan itu.
Hal-hal luar biasa tapi justru biasanya terjadi saat hujan. Entah itu pagi, siang nanti, atau malam hari. Kita lihat saja, hujan sepanjang hari akan bawa kabar apa lagi bagi kami ini?
:)
R.