Ada bulan bertengger di langit malam, menggantung sampai tengah malam. Kemudian hilang tertutup gemawan. Dia tidak hilang, dia tetap di sana. Hanya saja kamu tidak bisa lagi melihatnya untuk beberapa saat. Tapi dia tetap di sana.
Sayangnya, meski bulan tetap di sana..matahari adalah segalanya.
Sayangnya, meski bulan tetap di sana..matahari adalah segalanya.
Bersama denganmu membuat sebuah letupan muncul di dada, di perut, di telinga, dan dimana-mana. Bersama denganmu membuat rasa hangat menjalar di tangan, di pipi, di kepala, di punggung, dan di mana-mana.
Berapa banyak jalan, hutan, sebuah tanjakan atau turunan. Berakhir pada sebuah senyuman. Melengkung menghiasi sebelum perpisahan. Berharap tidak perlu, tapi tetap harus dilakukan. Menanti waktu menyatukan. Semesta merestui yang dilakukan.
Aku bisa buatkan kamu cerita panjang tentang apa saja. Meski belakangan pekerjaanku terasa biasa saja. Tapi keberadaanmu di sisiku, membuat hidup terasa luar biasa. Aku bisa buatkan kamu sajak lepas bahkan tentang hujan, bau embun, sinar mentari pagi, atau jendela kamar saja. Oh, atau mau dengar kisah tentang meja kerja saja?
Membaginya bisa menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Kita tertawa. Kadang diam. Lalu saling bertanya. Tertawa lagi kemudian tau-tau sudah pagi. Aku tertidur begitupun denganmu. Berulang. Tanpa kita hitung lagi berapa banyak hari.
Aku merasa ini benar. Melakukan semua ini benar. Denganmu adalah suatu kebenaran.
my happiness burst with exceptionally romantic sounds of seaside waves.
a carefree step, clear sunny day and our happy faces
Take a walk and vision a lush, wild spaces full of leaves and ferns.
A beautiful serenade, standing there to bear witness to the sacred vows we had made.
Adalah momentum balik di hidupku di hari ini. Menyadari betapa banyak jalan liku yang harus kita lewati dulu agar akhirnya kita bersatu di tempat yang sama. Sibuk dengan tempat singgah, orang lalu lalang, kenangan yang menempel, dan masa depan yang masih direka.
Adalah momen yang sudah aku tunggu secara sadar atau tidak. Aku merancang setiap rencana dengan baik. Meski semuanya kembali pada kuasa-Nya. Jika tidak seperti ini maka begitu. Aku percaya pada dua yang ada padamu, keberadaan dan ketulusanmu di sisiku. Maka di sinilah aku sekarang, menikah denganmu.
Menikah denganmu kemudian menjadi sebuah tujuan baru dalam hidupku untuk menggapai tujuan lain yang lebih besar. Tapi hanya denganmu. Tidak dengan yang lain. Maka di sinilah aku, menikah denganmu. Menerima dan memberi. Semua yang bisa aku terima dan bahkan tidak. Semua yang bisa aku beri dan bahkan tidak. Tapi semuanya akan jadi mungkin, jika untukmu. Semuanya jadi mungkin saja, jika bersamamu. Maka di sinilah aku, menikah denganmu.
Sajak lepas dari sebuah pagi
Tentang perasaan yang sudah pergi
Kemudian datang lagi
Kamu, lelaki.
Senja dari sebuah sore berwarna jingga
Tentang perasaan indah antara kita
Kemudian lebur satu-satu semua kata
Kamu, wanita.
Kita sama.
Tapi rasanya kenapa berbeda.
Tentang perasaan yang sudah pergi
Kemudian datang lagi
Kamu, lelaki.
Senja dari sebuah sore berwarna jingga
Tentang perasaan indah antara kita
Kemudian lebur satu-satu semua kata
Kamu, wanita.
Kita sama.
Tapi rasanya kenapa berbeda.
Ingatkah bahwa keberadaanmu di sampingku adalah alasan kita bersama. Maka, ketika kau memutuskan kembali melangkah menjauh dari sekitarku, tak ada lagi alasan untuk kita bersama.
Angin bertiup kencang. Kau goyang. Lepas. Membiarkan diri terbawa. Menikmati sensasi di udara. Kau senang. Tapi apakah itu selamanya? Bukankah angin tak selamanya bertiup dan kau tetap terbang di udara. Tunggulah masa dimana kau akan kembali menjejak tanah. Kemudian terinjak dan hanya bisa bersumpah serapah.
Tapi kupikir lagi, kau kehendaki atau tidak, kau akan tetap pergi dan tidak bisa selamanya tinggal.
Bicara tinggal, taman ini tadinya akan kujadikan taman terbaik. Karena aku bisa bersamamu sejenak.
from Raisa then now Eclat