Selamat datang!
Minggu lalu saya akhirnya bisa datang ke Kampung Labirin-nya Bogor. Kerja sama Astra Honda Motor, Yayasan Terminal Hujan, dan yang pasti warga Kebon Jukut. Acara yang diadakan Kampung Labirin ini tidak ada setiap hari, hanya pada hari tertentu saja. Kebetulan, pekan lalu di tanggal 12-13 Januari 2019 adalah kali kedua Kampung Labirin dibuka untuk umum dan bisa dikunjungi. Karena yang pertama saya tidak sempat datang dan lihat kemeriahannya, maka kemarin saya datang. Penasaran dan ingin mecoba makanan yang dijual oleh ibu-ibu Kampung Labirin. Target saya kala itu memang sebetulnya lumpia. Haha
Kampung Labirin hadir sebagai wajah baru Kebon Jukut. Program ini membuat perubahan cukup signifikan di sana, jembatan yang biasa saya lewati bolong, kini sudah tertutup sempurna tergantikan dengan besi baru yang aman. Dinding batu yang berlumut kini berganti dengan lukisan menarik. Pojok TK yang berjalan sempit, kini terasa lebih lega dan ada area kosong untuk tempat para 'artis'. Pokoknya semuanya jadi lebih rapi dan bagus. Lorong antara rumah warga juga dicat warna-warni dah dihadirkan pula banyak spot menarik untuk kamu berswa foto. Hehe
Sebelum masuk ke Kampung Labirin, ada tiket masuk yang harus dibeli. Posisinya di pos keamanan tepat sebelum turun ke bawah menuju jembatan. Ada penjaga tiket - yang mana mereka juga adalah adik asuk Terminal Hujan yang diberdayakan- yang akan memberi kamu tiket dan peta untuk menjelajah.
Foto di atas adalah posisi pertama setelah turun tangga dari tempat pembelian tiket, tepat sebelum menyebrang jembatan yang sudah penuh dengan umbul-umbul. Menyusuri jembatan kemudian dan sampailah pada titik pertama dimulainya Tour Kampung Labirin.
Marawis
Pengunjung pertama kali dikumpulkan di tempat pertunjukkan marawis. Disediakan karpet hijau untuk duduk dan menikmati pertunjukkan. Marawis sendiri adalah sebuah pertunjukan musik yang menggunakan alat musik tepuk sebagai alat utamnya. Alat musin ini digunakan untuk mengiringi lagu-lagu bernuansa islami. Marawis rutin dimainkan dan dipertahankan di Kampung Kebon Jukut. Dengan mayoritas warga Kebon Jukut memeluk agama Islam, kesenian marawis tidak hanya dipandang sebagai pertunjukan musik semata, tetapi juga sebagai sebuah upaya warga untuk menjaga tradisi Islami dan meneruskannya kepada generasi selanjutnya.
Kopi Jenaka
Tepat di sebelah area marawis, kamu bisa langsung lihat ada stand kopi. Kopi Jenaka hadir sebagai media pembelajaran bagi adik-adik Yayasan Terminal Hujan yang sudah lulus SMA. Mereka diajarkan proses pengembangan produk, mengaur operasional bisnis, memasarkan produk, dan pengelolaan keuangan. Hasil keuntungan produk Kopi Jenaka akan dibagi kepada adik-adik juga Yayasan Terminal Hujan. Bekerja sama dengan Thirdwave Coffee Shop dan Whynot Coffee di bilangan kota Bogor, Kopi Jenaka hadir dengan Es Kopi Susu sebagai produk unggulannya. Kopi ini dibuat dengan metode cold brew dengan biji kopi asli Bogor lho!
Mau stalking? Follow instagramnya gih di @kopi.jenaka
Pojok Community Development Yayasan Terminal Hujan
Setelah selesai disambut oleh marawis tadi, kamu akan diajak ke ke pojok Comdev-nya TH. Pojok ini merupakan program YTH yang bertujuan untuk memberikan penyuluhan, pelatihan, dan alternatif kegiatan produktif bagi warga binaan. Wawasan yang diberikan kepada peserta program ini mencakup isu parengting, women empowering, dan home industry. Kegiatan program di antaranya adalah penyuluhan tentang perilaku hidup bersih, keamnan pangan, peran wanit dalam membangun keluarga, pelatihan kerajinan tangan (crafting), dan pelatihan produksi pangan olahan industri rumah tangga serta pembinaan usaha mikro.
Sampai saat ini warga binaan yang dimiliki oleh Yayasan Terminal Hujan berjumlah enam orang ibu-ibu aktif yang anaknya juga tergabung dalam kegiatan belajar setiap pekannya di Yayasan Terminal Hujan.
Kreasi Kuliner Sunda Kampung Labirin
Disediakan tempat khusus buat kamu yang kelaperan pas lagi muter. Kamu bisa jajan aneka makanan khas Kampung Labirin. Kuliner Kampung Labirin ini menyajikan makanan dan minuman yang dibuat oleh warga Kebon Jukut. Makanan dan minuman yang menonjolkan cita rasa khas Sunda, seperti misalnya Mie Gelosor, Nasi Tutug Oncom, Raucang, Es Pala dan Es Manggah. Sebagian warga Kebon Jukut sehari-hari berprofesi sebagai penjual makanan dan minuman. Dengan adanya Kuliner Kampung Labirin ini, mereka antusias untuk menyiapkan semuanya dengan bahan-bahan pilihan dan higienis tentunya.
Eits, tapi jangan lupa. Sebelum kamu jajan di sini, kamu harus tukar uang rupiah kamu dengan "Acis Labirin" ya. Satu lembar Acis Labirin senilai dengan Rp 5.000 saja.
Tari Mojang Priangan
Berlanjut ke area selanjutnya, kita disambut oleh para penari cantik. Mereka juga adalah adik-adik asuk Terminal Hujan. Senang sekali karena ternyata mereka punya bakat di bidang ini dan bisa bermafaat di lingkungannya. Siapa tahu ya kan ada yang tekun dan serius lalu jadi penari profesional. Mereka membawakan sebuah tarian bernama Tari Mojang Priangan. Tarian ini menceritakan tentang kecantikan dari Gadis Priangan (Jawa Barat) yang memesona siapapun yang melihatnya. Meskipun memiliki gerakan yang mirip dengan Tari Jaipong, Tari Mojang Priangan hanya dibawakan oleh perempuan yang beranjak remaja dengan mengenakan pakaian tradisional Sunda, serta dengan iringan musik tradisional Sunda bertempo cepat.
Yayasan Terminal Hujan
Selesai melihat pertunjukan tarian ini, kamu akan diajak ke lorong tempat banner-banner yang berisi tentang informasi Yayasan Terminal Hujan. Yayasan ini didirikan di bulan Juni 2011, Yayasan Terminal Hujan telah membina sekitar 188 peserta didik dari usia pre-school hingga SMA. Kegiatn belajar mengajar dan peningkatan kapasitas ibu-ibu peserta didik sebagai penunjang kebutuhan keluarga dilakukan sepenuhnya oleh tenaga relawan dan pengurus Yayasan Terminal Hujan. Setiap tahun, Yayasan Terminal Hujan juga rutin memberikan beasiswa untuk peserta didik yang beprestasi dengan tujuan untuk tetap memotivasi mereka dalam menlajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Eh, ada wajah saya mejeng sedikit di salah satu gambar di banner itu lho. :D
Cerita tentang bagaimana pertama saya datang lagi ke Terminal Hujan juga bisa kamu lihat di cerita sebelumnya :) I'm so grateful to become part of this foundation.
Karena namanya kampung labirin, maka wajar saja kita akan terus diajak berkeliling di antara gang-gang rumah warga yang bentuknya seperti labirin. Ada petugas yang mendampingi untuk menjelaskan apa saja yang terkait dengan Kampung Labirin. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi, dengan adanya program ini Kebon Jukut jadi punya banyak spot menarik untuk berfoto. Bisa swa foto atau berfoto bersama dengan teman-teman kamu.
Emping Jengkol
Sampai akhirnya di bagian ini. Emping Jengkol tidak berbau tajam dan memberikan cita rasa yang unik sehingga dapat membuat orang yang baru mencobanya seolah sulit percaya bahwa mereka baru saja mengonsumsi makanan berbahan dasar jengkol. Sebagai salah satu kegiatan utama dari warga Kampung Kebon Jukut, memproduksi Emping Jengkol bukan hanya menjadi sumber mata pencaharian namun juga sebaga upaya untuk merawat tradisi keluarga yang sudah dilakukan turun temurun.
Nah, di rombonga kami kemarin ada salah satu peserta yang ikut mencoba membuat Emping Jengkol. Merasa mudah sekali setelah memperhatikan si ibu melakukan prosesi pembuatannya.
Eits, tapi tak semudah itu Ferguso! |
Stomp Music
Menuju tempat terakhir sebelum tour kampung berakhir, sajian musik langsung di pinggir kali Cisadane! Stomp music pertama kali diciptakan di Inggris dengan memanfaatkan barang-barang yang sederhana yang dapat ditemui di sekitar rumah. Personel musik stomp terdiri dari pemuda-pemudi yang tinggal di Kebon Jukut dan sudah berhenti sekolah. Mereka dulu sempat mengamen atas desakan kebutuhan ekonomi keluarga. Namun, saat ini beberapa pemuda telah bekerja dan berhenti mengamen. Mereka memutuskan untuk membentuk kelompok musik stomp sebagai sarana untuk mengembangkan hobi bermusik.
Kalau kamu mau, bisa juga lho request lagu yang ingin kamu dengar. Mereka akan dengan senang hati memainkannya untuk kamu. Waktu pertama kali launching. Pak Bima Arya, Walikota Bogor, juga ikutan main musik bersama pemuda-pemuda tersebut.
Yak, berakhir sudah keliling-keliling Kampung Labirinnya. Saya kembali lagi ke tempat kuliner karena sudah pesan semangkuk baso dan ditunggu makan sama dia. Di bawah ini saya kasih gambaran peta untuk kamu yang juga penasaran dengan lika-likunya Kampung Labirin.
Sampai ketemu di Kampung Labirin selanjutnya, Teman-teman!