aku seringkali berpikir mengajaknya kembali duduk bersama
merangkai kembali apa yang terserak di rumah kami
meletakkan apa yang di lantai kembali pada pajangan rapi di dinding atau meja
menambal coretan atau lubang yang muncul di sana sini
aku seringkali berpikir mengajaknya kembali melewati pagar bersama
berjalan menyusuri setapak yang berkerikil
menikmati pemandangan kanan kiri yang masih asri atau melewati kota
atau bercanda kemudian saling mengejar dan berlari kecil
aku seringkali berpikir, kembali
siang ini kupikir lagi,
sepertinya dia tidak perlu aku ajak kembali
aku mau duduk saja sendiri
dia mengerikan
Kamu seperti wanita lugu di tempat yang baru. Tidak tersentuh dan jauh dari kerumunan. Bersembunyi sekaligus tersamarkan di balik belukar. Pastikan kalau kamu beranjak keluar, kamu siap dengan segala macam bau, sengatan, serta teriakan makhluk-makhluk itu. Tidak ada yang tahu sampai di mana kamu melangkah setelah sarang kau tinggalkan.
Kamu hanyalah wanita lugu.
Terpedaya oleh diri sendiri karena kehabisan akal adalah hal yang paling mungkin terjadi setelah kau tidak mampu lagi bertahan disengat.
Kamu hanya milikmu sendiri.
Meskipun aku tahu satu hal lebih dulu darimu, hanya karena aku yang keluar lebih dulu. Tidak menjamin apa yang terjadi di antara kita ada satu peristiwa yang sama. Entah hanya kebetulan atau aku yang terlalu mencari persamaan.
Dimana kau simpan jubah merah?
Serigala yang tidak dapat mangsanya hanya akan selalu jadi serigala pemarah.
Kamu hanyalah wanita lugu.
Terpedaya oleh diri sendiri karena kehabisan akal adalah hal yang paling mungkin terjadi setelah kau tidak mampu lagi bertahan disengat.
Kamu hanya milikmu sendiri.
Meskipun aku tahu satu hal lebih dulu darimu, hanya karena aku yang keluar lebih dulu. Tidak menjamin apa yang terjadi di antara kita ada satu peristiwa yang sama. Entah hanya kebetulan atau aku yang terlalu mencari persamaan.
Dimana kau simpan jubah merah?
Serigala yang tidak dapat mangsanya hanya akan selalu jadi serigala pemarah.