Kata Kakak, kalau lagi marah hitung sampai sepuluh. Terus kalau masih marah, hitung lagi sampai lima puluh. Kalau masih marah, panjangin sampai seratus. Masih marah ga?
Kalau iya, sambil duduk. Terus tarik nafas yang dalam. Pejamkan matamu.
Jangan lupa tetap sambil istighfar.
---
Duh, Kak. Tapi pagi ini aku marah besar. Aku terlanjur banting pintu dan pagar.
:(
Meskipun setelah itu aku langsung menyesal.
Lagi-lagi aku kalah.
Kalau tidak ditulis dengan tangan, rasanya akan ada yang kurang. Selalu.
Kalau tidak pernah kau letakkan tanganmu di atas tanganku, rasanya tidak akan pernah ada kupu-kupu liar di perut. Begitu.
Kalau tidak pernah lihat ada dua garis yang melintang sama, rasanya tidak akan ada uji coba. Agaknya.
Semuanya dari tangan.
Aku percaya semuanya dimulai dari tangan.
--
Mari, kubuatkan lagi daftar langkah yang mesti kau jalani bersamaku. Kali ini, bersemangatlah!
"Iya, besok gue ultah! Gue udah nyiapin list apa aja yang mau gue lakukan hari ini sampai malam nanti dan apa aja juga yang bakal gue lakuin besok seharian di tanggal keramat itu. Pokoknya rencana ini udah gue rancang matang sejak sebulan lalu. Lo, Fa. Lo yang harus jadi saksi semua yang gue lakukan hari ini sampai besok. Jadi intinya, Lo harus selalu sama gue. Kemanapun gue. Okay, ke toilet adalah pengecualian tentu saja."
---
Rangkaian kalimat itu nempel banget di kepala gue. Gue gak akan pergi dari sini, Ti. Gue kan udah janji. Gue akan ada buat lo, lo gak perlu khawatir lagi. Tenang aja. Ada gue, Ti. Ada gue. Kado lo juga masih belum lo bukain. Lo udah nyusahin gue minta kado segini banyak. Dasar bocah. Mana ada sih yang request kado sesuai jumlah umur kecuali lo. Giliran dikasih banyak, sekarang malah lo diemin aja. Lo maunya apa sih. Kok kampret.
"Fa, terima kasih ya Nak. Kamu sebaiknya pulang. Ini sudah malam sekali, pasti orang tua kamu juga cemas kamu belum di rumah."
"Fa?"
Senggolan halus di tangan membuyarkan lamunan gue seketika. Oh, ternyata Om Ed ngajak ngomong gue. Mukanya pias sekaligus lelah, tapi tetap teduh macem biasa. Gue yakin ini orang dape jatah kesabaran tiada tara dan kekuatan hati yang made in baja.
"Eh iya, Om. Gapapa ko, Om. Saya udah izin Ayah. Kalau Om ga keberatan, saya temenin Om di sini sampai semuanya selesai ya, Om? Boleh? Kasian juga kan Moti sendirian. Lagian saya udah janji sama dia kalau saya spare waktu 2x24 jam tahun ini khusus buat dia. Boleh kan, Om?" gue mencoba meyakinkan Om Ed.
Tenang, Ti. Gue akan tepati janji gue.
Menulis itu seperti bermain air, kamu mungkin bisa menikmatinya. Membuat tulisan apa saja. Menuliskan apa saja yang kau suka. Tapi ternyata itu bisa jadi mengacau dan membuat kecipak yang mungkin mengganggu. You play with another one, remember. Mereka terkadang bisa sangat terganggu dengan apa yang kita lakukan, meski tidak menutup kemungkinan ada yang suka juga sih. Sama dengan yang aku tulis sekarang, tidak jelas mau ke mana arahnya. Hanya menuntaskan apa yang mengganjal di kepala saja. Beberapa pekan lalu aku pernah dengan Mba Reda bilang bahwa semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang bisa membuat tulisan dari apa yang mereka tulis. Paham gak maksudnya? Iya gitu.
Aku tidak akan jauh-jauh ke orang lain untuk melihat bahwa hal ini adalah kenyataan.
Kamu pernah ga sih menghayal suatu hari nanti ada lelaki datang padamu dan melamarmu? Ketika hari bahagia itu tiba, kalian telah resmi bersama dia muncul ke depan semua orang, mulai bersenandung, mengeluarkan suara, sebuah nyanyian. Menantapmu dengan penuh cinta dan suaranya sungguh merdu.
Itu Aris!
Iya itu kelakuan Aris. Sungguh manis. Aku aja sampai sekarang masih suka senyum-senyum sendiri setiap kali lagu itu diputar di mana-mana. Masih kebayang gimana malu-malunya tapi penuh cinta waktu matanya menatap atau gimana senyumnya muncul pelan-pelan di sela-sela nyanyian. Ah iya, dia adalah Aris kami.
Lagu Melamarmu dari Badai Romantic Project melantun dengan indah untuk Anrel ketika hari pernikahan mereka digelar di Garut tahun lalu.
nah tuh, kebayang ga gimana ekspresinya Anrel waktu itu?
hihihi
Itu Aris!
Iya itu kelakuan Aris. Sungguh manis. Aku aja sampai sekarang masih suka senyum-senyum sendiri setiap kali lagu itu diputar di mana-mana. Masih kebayang gimana malu-malunya tapi penuh cinta waktu matanya menatap atau gimana senyumnya muncul pelan-pelan di sela-sela nyanyian. Ah iya, dia adalah Aris kami.
Lagu Melamarmu dari Badai Romantic Project melantun dengan indah untuk Anrel ketika hari pernikahan mereka digelar di Garut tahun lalu.
nah tuh, kebayang ga gimana ekspresinya Anrel waktu itu?
hihihi
Barangkali pertemuan kita setiap pekan hanya menyisakan jejak seperti warna coklat terang pada matamu, lengkung ajaib pada bibirmu, dan suara lantang menyebut namaku. Satu lagi tambahan, kaca mata bingkai coklat yang senada dengan mata itu.
Aku masih jauh dari semua ide gila yang terserak jutaan di luar sana. Menanti untuk aku tulis satu per satu dan menjadi resume, bahan bicara denganmu. Kamu tidak perlu minta maaf karena menolak mentah-mentah apa yg aku sampaikan. Aku butuh pemahaman saja. Dengan begitu aku tahu, perkara sampah yang kuangkat memang luar biasa luasnya.
Tersisa tiga lagi, aku harus waspada pada sisa peluru menjelang datangnya pagi.