Akan menjadi sehangat itu jika jemari kita bertemu
Tidak sengaja atau sekadar malu-malu
Jeda panjang sebelumnya akan menguap
Tergantikan oleh sensasi lain yg bergejolak
Akan menjadi sehangat itu jika aku mendapati kau bersamaku di suatu pagi
Mata masih terpejam, aku dalam dekapan
Sehangat itu.
"Ri, yang ini buat sore ya."
"Ri, besok jadi kan?"
"Ri, kalau mau titip ke kamu boleh?"
"Ri, sekarang yuk."
Ri Ri Ri..
Dan masih banyak lagi
:)
Well, iya aku senang. Tapi aku tetap butuh ruang untuk berpikir tenang. Untuk menggambar atau sekedar membuat lamunan melayang.
Sejenak aku panggil kamu untuk duduk di sampingku, apa bisa?
Kita saja.
Bicara?
Tidak mau?
Ya sudah, kamu cukup ada saja tidak usah bicara.
"Ri, besok jadi kan?"
"Ri, kalau mau titip ke kamu boleh?"
"Ri, sekarang yuk."
Ri Ri Ri..
Dan masih banyak lagi
:)
Well, iya aku senang. Tapi aku tetap butuh ruang untuk berpikir tenang. Untuk menggambar atau sekedar membuat lamunan melayang.
Sejenak aku panggil kamu untuk duduk di sampingku, apa bisa?
Kita saja.
Bicara?
Tidak mau?
Ya sudah, kamu cukup ada saja tidak usah bicara.
Untuk sebuah pencapaian yang lebih besar akan selalu dibarengi dengan tanggung jawab lebih yang harus dilakukan. Jangan setengah hati jika kamu terlanjur menginjakkan kaki. Jika kamu tiba-tiba lelah, itu bukan masalah. Tapi ingat, yang sangat perlu kamu perhatikan adalah jangan sampai kamu menyerah.
Ingat semua alasan ketika kamu bersedia untuk mengambil sebuah tanggung jawab yang lebih besar. Pencapaian yang ingin kamu buktikan, bukan untuk orang lain tapi untuk dirimu sendiri.
:)
Kamu (tidak) pernah mencintaiku. Aku baru tau sesaat. Ketika hujan tiba-tiba datang. Ketika basah tiba-tiba terasa. Dan ketika suara bising mengetuk-ngetuk jendela. Aku baru tahu rasanya tidak dicintai. Ternyata begitu memilukan.
Lantas kenapa aku bertahan?
Tidak ada yang ingin aku doakan lagi perihal kebahagiaan tentangmu.
Ketika kamu memutuskan untuk mencintai sesuatu, sadar atau tidak kamu sedang menyalurkan energi yang begitu besar. Untuk segala hal yang berhubungan dengan apa yang kamu cintai. Maka saranku, jatuh cinta lah dengan benar.
Karena sekali kau salah menempatkan cintamu, dia akan menelan habis energimu yang besar.
Segala yang terjadi tak pernah berhenti..
Seperti sepenggal lirik lagu?
Yang penting bahagia.
Cliché but so true.
I'm happy with you.
Kita
sama-sama suka hitam dan biru. Perpaduan warna senada. Cenderung monokrom
selain putih dan abu-abu. Kalau di dunia tidak ada yang kebetulan, maka kita
anggap saja sesuatu yang terjadi hari ini adalah takdir dari sesuatu yang telah
mengalir. Jauh dan tidak terkendali sampai di mana muaranya.
Hanya saja aku masih tidak suka dengan wajah
lugu milik gadis di dekat pintu. Dia bukan siapa-siapa tapi sungguh menjadi pengusik.
Di balik tatapan lugunya entah kenapa banyak sekali tersimpan ragu yang terbaca
dan bisa saja jadi belati yang akan menikam atau sekedar bulu halus yang terasa
menggelitik.
Langit mengelam awan menderu, siapkah kita naik
ke perahu?
Ada yang hilang dan selalu akan
ada yang datang. Sebagai kesempatan baru untuk mendapatkan yang terbaik dari
sebuah perjalanan waktu. Kalau dulu soal banjir hanya bisa lihat di tv, tahun
ini semua terjadi di depan mata. Teman sendiri. Lingkungan terdekat selama
tinggal di Jakarta. Tapi ini bukan hanya soal air. Ini tentang sesuatu yang
lebih besar tapi juga mengalir.
Perasaan kita.
Kita memandang sebuah masalah di masa lalu
cenderung sebagai benalu. Parasit yang mesti dienyahkan jika perlu. Tapi mereka
tumbuh dengan cepat, menginang pada rasa sakit dan dendam serta kecewa. Tidak
akan pernah bisa lenyap begitu saja. Tidak jika kita tidak pernah berani
membabat habis masa lalu beserta inang yang dia gantungi.
Kebun sebelah berbunga indah, kita masih
berharap tanaman kita pun serupa indahnya. Kita lupa, kita belum berani
membasmi benalu sampai tidak lagi tersisa. Lantas mau bunga yang seperti apa?
Itu kenapa akhirnya Tuhan mengirimi kita hujan
yang begitu panjang. Sedari dini hari hari sampai malam hari. Mengurung kita di
sebuah kenyataan bahwa air sekalipun bisa begitu berbahayanya jika datang
secara berlebihan. Sama seperti perasaan kita. Tidak pernah baik jika serba berlebihan.
Dan semua analogi kita malam ini, mari kita renungkan
lagi. Apa benar kita sudah mengerti apa kata semesta?
Rencana bisa jadi tinggal rencana, seperti resolusi tanpa tindakan nyata. Tapi kalau sudah perkara cuaca dan alam raya bisa jadi lain cerita. Siapa juga yang bakal sangka kalau tanggal 1 Januari 2020 justru menjadi kenangan 'manis' di awal tahun. Sudah tidak jadi melakukan satupun daftar yang disusun rapi hari itu, saya juga kesulitan untuk pergi kemana-mana dan mau makan apa. Layaknya seperti pengungsi yang terkena bencana, saya dan teman satu mess ikut menginap di kantor. Alasannya karena di mess kami tidak ada penerangan cadangan sama sekali dan sungguh sumpek jika terus memaksakan diri dalam sebuah ruangan 3x3 yang tertutup rapat karena sudah diset untuk ruangan ber-AC.
Tapi, kami jauh ada di kondisi yang lebih beruntung karena tidak kebanjiran. Tidak harus kehilangan. Tidak sampai menjadi tunawisma sementara. Masalah kami hanya seputar listrik dan makanan yang sulit didapat karena semua akses tertutup. Cuma itu. Teman-teman kami yang lain banyak yang lebih menyedihkan. Makanya, kami tidak boleh lengah untuk tetap bersyukur.
Lalu kabar baiknya adalah karena momen ini juga, saya dan Irma bisa berkenalan dengan Oma Yuli, tetangga sebelah mess. Selang satu rumah dari mess dan berpagar putih, selalu tertutup. Baru tahu kalau yang tinggal di sana adalah seorang Oma usia 70an sendirian. Tanpa pembantu rumah tangga, tanpa anak, tanpa siapapun. Suami sudah berpulang lebih dulu sejak 2006. Mantan pegawai BULOG. She's very independent Oma!
Dari pertemuan singkat di depan pagar, kami berdua akhirnya masuk ke rumah Oma. Terlibat pembicaraan yang ternyata cukup lama. Kalau saya mau lebih peka, sepertinya Oma ini kesepian karena sendiri. Bicaranya banyak sekali :') Ah, saya lantas berpikir ternyata hidup sendiri ketika usia senja itu begini rasanya. Serba sendiri tidak ada yang menemani. Cerita Oma mengalir dari hal remeh temeh sampai detail tentang anak dan cucunya. Kalau kata Irma, dia amaze dengan kemampuan saya menyerap semua informasi dari Oma dan proses mendengarkannya bicara. Tapi buat saya, percakapan kami mengalir begitu saja. Saya senang melakukannya.
Sepertinya apa yang saya dapatkan hari ini adalah keinginan saya di beberapa waktu lalu yang bahkan mungkin sempat terlupa. Saya ingin lebih banyak mendengar, berinteraksi dengan warga sekitar tempat saya tinggal, dan menjadi seseorang yang punya daya guna.
and here I am.
Semua rencana yang tidak jadi, Tuhan ganti dengan kesempatan untuk mendapatkan keinginan-keingan lama yang belum sempat terpenuhi.
Pada akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa sendu awal tahun ini membuka mata saya lebih lebar dan membuat telinga saya lebih banyak mendengar. Terima kasih semesta.
Tapi, kami jauh ada di kondisi yang lebih beruntung karena tidak kebanjiran. Tidak harus kehilangan. Tidak sampai menjadi tunawisma sementara. Masalah kami hanya seputar listrik dan makanan yang sulit didapat karena semua akses tertutup. Cuma itu. Teman-teman kami yang lain banyak yang lebih menyedihkan. Makanya, kami tidak boleh lengah untuk tetap bersyukur.
Lalu kabar baiknya adalah karena momen ini juga, saya dan Irma bisa berkenalan dengan Oma Yuli, tetangga sebelah mess. Selang satu rumah dari mess dan berpagar putih, selalu tertutup. Baru tahu kalau yang tinggal di sana adalah seorang Oma usia 70an sendirian. Tanpa pembantu rumah tangga, tanpa anak, tanpa siapapun. Suami sudah berpulang lebih dulu sejak 2006. Mantan pegawai BULOG. She's very independent Oma!
Dari pertemuan singkat di depan pagar, kami berdua akhirnya masuk ke rumah Oma. Terlibat pembicaraan yang ternyata cukup lama. Kalau saya mau lebih peka, sepertinya Oma ini kesepian karena sendiri. Bicaranya banyak sekali :') Ah, saya lantas berpikir ternyata hidup sendiri ketika usia senja itu begini rasanya. Serba sendiri tidak ada yang menemani. Cerita Oma mengalir dari hal remeh temeh sampai detail tentang anak dan cucunya. Kalau kata Irma, dia amaze dengan kemampuan saya menyerap semua informasi dari Oma dan proses mendengarkannya bicara. Tapi buat saya, percakapan kami mengalir begitu saja. Saya senang melakukannya.
Sepertinya apa yang saya dapatkan hari ini adalah keinginan saya di beberapa waktu lalu yang bahkan mungkin sempat terlupa. Saya ingin lebih banyak mendengar, berinteraksi dengan warga sekitar tempat saya tinggal, dan menjadi seseorang yang punya daya guna.
and here I am.
Semua rencana yang tidak jadi, Tuhan ganti dengan kesempatan untuk mendapatkan keinginan-keingan lama yang belum sempat terpenuhi.
Pada akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa sendu awal tahun ini membuka mata saya lebih lebar dan membuat telinga saya lebih banyak mendengar. Terima kasih semesta.