Aku tidak banyak mengerti tentangmu. Apalagi caramu merespon setiap hal yang terjadi di sekitar kita. Kadang kau lembut, kadang kau tampak sekali menggebu ketika kalut. Aku tetap di sana. Melihat bagaimana kau berdamai dengan dirimu sendiri. Aku kadang melangkah memberanikan diri mendekat atau cukup tutup mulut sambil menjaga jarak. Tapi aku sejatinya tidak akan pernah diam membiarkanmu bergelut dengan semua itu sendirian.
Aku selalu berusaha dan menerima, tidak lantas aku langsung setuju dengan semuanya. Aku juga ingin sesekali angkat bicara. Bahwa ada banyak hal yg tidak bisa berjalan selalu dengan egomu. Tapi aku pastikan aku selalu ada. Kalau kamu puas menjeda, ingatlah hujan di waktu yang sama ketika reda. Semua terasa lebih tenang, lebih segar, lebih bisa memberikan udara yang menyegarkan.
--
Jakarta-Bandung di hari Selasa adalah anugerah. Jalanan ramai tapi lancar. Udara begitu segar karena hujan sepanjang perjalanan. Sisa aroma airnya masih tinggal di aspal, pagar depan rumah, dan halaman yang lama sekali tidak aku lihat. Lho, di mana aku sekarang? Kenapa tiba-tiba rasanya asing. Tapi kenapa sekaligus menenangkan ketika terasing.
Aku selalu berusaha dan menerima, tidak lantas aku langsung setuju dengan semuanya. Aku juga ingin sesekali angkat bicara. Bahwa ada banyak hal yg tidak bisa berjalan selalu dengan egomu. Tapi aku pastikan aku selalu ada. Kalau kamu puas menjeda, ingatlah hujan di waktu yang sama ketika reda. Semua terasa lebih tenang, lebih segar, lebih bisa memberikan udara yang menyegarkan.
--
Jakarta-Bandung di hari Selasa adalah anugerah. Jalanan ramai tapi lancar. Udara begitu segar karena hujan sepanjang perjalanan. Sisa aroma airnya masih tinggal di aspal, pagar depan rumah, dan halaman yang lama sekali tidak aku lihat. Lho, di mana aku sekarang? Kenapa tiba-tiba rasanya asing. Tapi kenapa sekaligus menenangkan ketika terasing.
0 komentar