Meniadakan dan menganggap tiada adalah hal berbeda tapi tetap saja menyakitkan. Tidak lantas sembuh dengan sendirinya. Perlu waktu dan penerimaan. Baik dari sisi warasku dan sisi egoku.
Aku tidak lantas harus selalu dewasa menghadapimu, kadang ada kalanya aku seperti bunga kecil tak terlihat dan terinjak. Kamu lupa, aku juga bisa rapuh dan butuh perlindungan.
Besok-besok, beban itu boleh dibagi tapi kumohon berjalanlah dengan tegak tanpa harus menginjak dan lantas meninggalkanku di belakang. Kamu tidak boleh meniadakan eksistensiku yang ada bersamamu sejak lama.
Bukankah kamu merasakan resah kalau aku tidak ada? Oh, atau bisa jadi kau memang tidak peduli. Lantas untuk apa aku harus?