Hadiah Ulang Tahun
Setiap aku berulang tahun, sejatinya aku tidak tahu harus berdoa seperti apa. Karena doaku setiap hari. Bisa tentang macam-macam. Kadang tentang hidup sehat yang kuinginkan, hubungan baik yang kudambakan, atau pernah juga tentang harta. Sungguh, aku pernah meminta itu pada Tuhanku. Karena kupikir hubungan kami begitu dekat, jadi aku bisa bicara apa saja pada-Nya tanpa harus takut atau gelisah. Jawaban Dia akan selalu pasti dalam tiga bentuk; terkabul saat itu juga, ditunda, atau diganti dengan yang lebih aku butuhkan. Maka aku seharusnya tidak perlu gelisah.
Setiap aku berulang tahun, aku ingin mendapat kejutan dari orang terdekatku tanpa perlu aku beri kode morse atau kode serupa lainnya. Aku ingin kejutan, tapi tidak mau terkejut. Bingung? Sama aku juga. Karena itulah aku. Menurutku akan lebih indah rasanya kalau setiap kali kau berulang tahun kau mendapat sesuatu yang berbeda di hari itu. Meski terlihat kecil. Tapi percayalah, aku selalu tersipu dengan hal kecil itu. Atau sesekali besar, mungkin boleh juga. Rezeki tidak boleh ditampik. Terima.
Hadiah ulang tahunku adalah pertemuanku denganmu. Setelah berapa puluh purnama berlalu. Aku pernah bercita-cita akan bercerita panjang lebar ketika suatu saat kita bertemu lagi. Tapi cita-citaku tak pernah kesampaian karena kamu terlanjur pergi lama dan tidak akan pernah kembali. Hari itu, kamu justru datang. Tidak, kita bertemu di persimpangan. Secara tidak sengaja. Seperti dua orang asing, tapi saling mengenal di masa lalu. Tertawa canggung kemudian berpamitan. Padahal belum banyak kita bicara dan masih banyak sekali yang perlu aku sampaikan.
Hadiah ulang tahunku adalah pertengkaran hebat antara mama dan papa. Cerita orang dewasa memang rumit. Otak kita yang cenderung lebih sederhana pasti tidak akan sanggup untuk mencernanya. Katanya, di sana ada banyak sekali yang tidak aku mengerti. Padahal aku tahu, setidaknya aku tahu. Bagaimana rasanya menjadi anak yang kesepian ketika orang tuanya sibuk saling menyalahkan.
Hadiah ulang tahunku adalah tendangan kecil dari dalam perut. Kaki mahkluk lain yang wujudnya belum nyata sampai ke dunia. Menunggu dia muncul, seperti lompatan-lompatan perasaan kadang khawatir, kadang tak sabar, kadang sedih sekaligus bahagia. Tuhan akhirnya percaya padaku untuk menjadi seorang Ibu.
Lalu bagaimana nasib hadiah ulang tahunku pada akhirnya? Mereka menjadi pengalaman berharga di setiap tahun. Pelajaran. Kenangan. Meninggalkan aku dengan rupa rasa dan aku menerimanya.
0 komentar